JIKA INGIN MENDOUNLOWD FILE DI BAWAH INI SILAHKAN KLIK LINK DIBAWAH INI
Etika (ethics)
berkaitan dengan berbagai standar yang digunakan seseorang dalam membuat
pilihan dan dalam mengarahkan perilakunya
di berbagai situasi yang melibatkan konsep mengenai benar dan salah.
Secara lebih spesifik, etika bisnis (business
ethics) melibatkan penemuan jawaban atas dua pertanyaan berikut :
1. Bagaimana
para manajer memutuskan mengenai apa yang benar dalam menjalankan bisnis mereka
?
2. Ketika
para manajer telah mengetahui apa yang benar, bagaimana mereka dapat
mencapainya?
Berbagai isu etika dalam bisnis
dapat dibagi ke dalam empat area : Kesetaraan,
Hak, Kejujuran, dan Penggunaan kekuasaan perusahaan.
1. Kesetaraan
·
Gaji eksekutif
·
Nilai yang dapat dibandingkan,
·
Penetapan harga pokok.
2. Hak
·
Proses penilaian perusahaan
·
Pemeriksaan kesehatan karyawan
·
Privasi karyawan
·
Pelecehan seksual
·
Keanekaragaman
·
Peluang kerja yang setara
·
Pemberitahuan mengenai adanya kecurangan
(Whistle Blowing).
3. Kejujuran
·
Konflik kepentingan pihak manajemen dan
karyawan
·
Keamanan data dan catatan perusahaan
·
Iklan yang menyesatkan
·
Praktik bisnis yang meragukan di negara
asing
·
Laporan yang akurat atas kepentingan
pemegang saham.
4. Penggunaan Kekuasaan Perusahaan
·
Komite aksi politik
·
Keamanan di tempat kerja
·
Keamanan produk
·
Isu lingkungan
·
Divestasi kepentingan
·
Kontribusi politik perusahaan
·
Pengecilan ukuran perusahaan dan
penutupan pabrik
Di
dunia saat ini, banyak orang merasa bahwa etika bisnis adalah oksimoron
(gabungan dua istilah/hal yang bertentangan). Akan tetapi, perilaku beretika
yang baik seharusnya juga bagus untuk bisnis. Hal ini bukan berarti bahwa
perusahaan yang bertindak secara beretika akan sejahtera. Perilaku beretika
adalah hal yang penting, tetapi bukan merupakan kondisi yang memadai untuk
keberhasilan bisnis. Analogi yang sama pentingnya adalah perusahaan yang
bertindak secara tidak beretika seharusnya dihukum.
Bagaimana
Perusahaan Menangani Isu Mengenai Etika
1. Peran pihak manajemen dalam mempertahankan iklim
beretika : Para manajer perusahaan harus menciptakan dan mempertahankan
atmosfer beretika yang sesuai, mereka harus membatasi peluang dan godaan untuk
melakukan perilaku yang tidak beretika dalam perusahaan. Tidaklah cukup bagi
para manajer untuk hanya tergantung pada kesadaran tiap orang. Orang tersebut
harus disadarkan mengenai komitmen perusahaan terhadap etika di atas laba
jangka pendek dan efisien. Walaupun sikap phak manajemen puncak terhadap etika
menentukan suasana praktik bisnis, dalam banyak situasi merupakan tanggung
jawab para manajer tingkat yang lebih rendah pula untuk menegakkan standar
etika perusahaan. Pelanggaran etika dapat terjadi diseluruh perusahaan dari
ruang dewan direksi hingga area penerimaan. Harus dikembangkan berbagai metode
untuk memasukkan para manajer tingkat yang lebih rendah dan nonmanajer dalam
skema etika perusahaan. Para manajer dan nonmanajer harus disadarkan atas kode
etik perusahaaan, diberikan model pengambilan keputusan, dan berpartisipasi
dalam berbagai program pelatihan yang membahas mengenai berbagai isu etika.
2. Perkembangan etika : Kebanyakan individu
mengembangkan kode etik berdasarkan lingkungan keluarganya, pendidikan
formalnya, dan pengalaman pribadinya. Teori tahapan perilaku menyatakan bahwa
kita semua melalui beberapa tahap evolusi moral sebelum sampai pada tingkat berpikir secara beretika.
3. Membuat keputusan yang beretika : Setiap
keputusan yang beretika memiliki risiko dan manfaat. Contohnya,
mengimplementasikan sistem informasi berbasis komputer baru dalam sebuah
perusahaan dapat menyebabkan beberapa karyawan kehilangan pekerjaannya,
sementara yang lainnya menikmati manfaat dari perbaikan kondisi kerjanya.
Mencari keseimbangan antara berbagai konsekuensi tersebut adalah tanggung jawab
etika (ethical responsibility)
manajer. Berikut ini adalah beberapa prinsip beretika yang dapat menjadi
petunjuk dalam melakukan tanggung jawab : Proporsionalitas.
Manfaat dari sebuah keputusan harus melebihi risikonya. Selain itu, tidak boleh
ada keputusan alternatif yang memberikan manfaat sama atau lebih besar dengan
risiko lebih sedikit. Keadilan.
Manfaat keputusan harus didistribusikan secara adil ke orang-orang yang
menanggung risiko bersama. Mereka yang tidak mendapat manfaat tidak seharusnya
menanggung risiko. Meminimalkan risiko.
Bahkan jika dianggap dapat diterima oleh berbagasi prinsip diatas, keputusan
harus diimplementasikan untuk
meminimalkan semua risiko dan menghindari risiko yang tidak perlu.
Apa
Yang Dimaksud Dengan Etika Komputer ?
Penggunaan teknologi informasi dalam bisnis memiliki
dampak besar terhadap masyarakat dan meningkatkan berbagai isu etika yang
berhubungan dengan kejahatan komputer, kondisi kerja, privasi, dll. Etika komputer (computer ethics) adalah
analisis mengenai sifat dan dampak sosial teknologi komputer serta berbagai
formulasi dan justifikasi kebijakan yang terkait untuk penggunaan teknologi
semacam itu secara beretika. Ini
meliputi perhatian mengenai peranti lunak
serta peranti keras dan berkaitan dengan jaringan yang menghubungkan
berbagai komputer dan komputer itu sendiri.
Bynum
mendefinisikan tiga tingkat etika komputer : pop, para, dan teoritis. Etika
komputer pop hanyalah eksposur atas
berbagai cerita dan laporan yang terdapat dalam media popular mengenai dampak
baik dan buruk dari teknologi komputer. Masyarakat secara umum perlu menyadari
berbagai hal seperti virus komputer dan sistem komputer yang didesain untuk
membantu para penyandang cacat. Etika komputer para melibatkan perhatian sesungguhnya atas berbagi kasus etika
komputer dan membutuhkan tingkat serta pengetahuan tertentu dalam bidang
tersebut. Semua ahli sistem perlu mencapai tingkat kompetensi ini agar dapat
melakukan pekerjaannya secara efektif. Para mahasiswa sistem informasi
akuntansi juga harus mencapai tingkat pemahaman etika ini. Tingkat ketiga,
etika komputer teoritis, merupakan
perhatian berbagai penelti multidisiplin ilmu yang mengaplikasikan berbagai
teori filosofi, sosiologi, dan psikologi dalam ilmu komputer dengan tujuan
untuk menghasilkan pemahaman baru dalam bidang tersebut.
Beberapa isu etika yang menjadi pusat perhatian para
mahasiswa sistem informasi akuntansi:
·
Privasi
·
Keamanan (Akurasi dan Kerahasiaan)
·
Kepemilikan Properti
·
Kesetaraan Akses
·
Masalah Lingkungan
·
Kecerdasan Buatan
·
Pengangguran dan Penggantian
·
Penyalahgunaan Komputer
·
Tanggung Jawab Pengendalian Internal
Penipuan
dan Akuntan
Penipuan
(fraud)
merujuk pada penyajian yang salah atas suatu fakta yang dilakukan oleh suatu
pihak ke pihak lain dengan tujuan membohongi dan membuat pihak lain tersebut
menyakini fakta tersebut walaupun merugikannya. Berdasarkan hukum perdata,
tindakan penipuan harus memenuhi lima kondisi berikut ini :
1. Penyajian yang salah.
Ada pernyataan yang salah atau tidak diungkapkannya suatu fakta.
2. Fakta yang material.
Fakta merupakan faktor yang subtansial dalam mendorong seseorang untuk
bertindak.
3. Niat.
Ada niat untuk menipu atau mengetahui bahwa pernyataan yang dimiliki seseorang
adalah salah.
4. Keyakinan yang dapat dijustifikasi.
Kesalahan dalam penyajian tersebut merupakan faktor substansial tempat pihak
yang dirugikan bergantung.
5. Kerusakan atau kerugian.
Kecurangan tersebut telah menyebabkan kerusakan atau kerugian bagi korban
penipuan.
Penipuan
dalam lingkungan bisnis telah memiliki arti yang lebih khusus. Penipuan adalah
pembohongan disengaja, penyalahgunaan aktiva komputer, atau manipulasi atas
data keuangan demi keuntungan pelaku penipuan. Dalam literature akuntansi,
penipuan umumnya juga disebut sebagai “kejahatan kerah putih (white collar crime)”, “kebohongan (defalcation)”, “penggelapan (embezzlement)”, dan “ketidakberesan (irregularities)”.
Auditor
biasanya berhadapan dengan dua tingkat penipuan : penipuan oleh karyawan dan
penipuan oleh pihak manajamen. Karena tiap bentuk penipuan memiliki implikasi
yang berbeda bagi auditor, maka antara keduanya perlu dibedakan.
Penipuan oleh karyawan
(employee fraud) atau penipuan oleh
karyawan nonmanajemen biasanya melibatkan tiga tahap : (1) mencuri sesuatu yang
berharga (sebuah aktiva), (2) mengonversi aktiva tersebut ke dalam bentuk yang
dapat digunakan (uang tunai), dan (3) menyembunyikan kejahatan tersebut agar
tidak terdeteksi. Tahap ketiga sering kali paling sulit dilakukan, Mungkin
lebih mudah bagi seorang staf administrasi gudang untuk mencuri persediaan dari
gudang perusahaan, tetapi mengubah catatan persediaan untuk menyembunyikan
pencurian tersebut adalah suatu hal yang sulit.
Penipuan oleh pihak manajemen
(management fraud) lebih sulit
dilacak daripada penipuan oleh karyawan karena sering kali tidak terdeteksi
hingga kerusakan atau kerugian yang sangat besar diderita oleh perusahaan.
Penipuan oleh pihak manajemen biasanya terdiri atas tiga karakteristik khusus :
(1) Penipuan tersebut dilakukan pada tingkat manajemen di atas tingkat di mana
struktur pengendalian internal biasanya berhubungan. (2) Penipuan tersebut
sering kali melibatkan penggunaan laporan keuangan untuk mebuat ilustrasi bahwa
suatu entitas lebih sehat dan sejahtera daripada sesungguhnya. (3) Jika penipuan
tersebut melibatkan penyalahgunaan aktiva, penipuan sering kali disebarkan
dalam berbagai transaksi bisnis yang rumit, dan sering kali melibatkan pihak
ketiga.
Faktor
yang membentuk penipuan
Berdasarkan sebuah penelitian, orang melakukan
aktivitas penipuan sebagai akibat dari interaksi berbagai tekanan dalam
kepribadian seseorang dan lingkungan eksternal. Berbagai tekanan ini
diklasifikasikan dalam tiga kategori umum : (1) tekanan keadaan, (2) peluang,
dan (3) karakteristik pribadi
(integritas).
Kerugian keuangan
akibat penipuan
Biaya
sesungguhnya dari penipuan sulit diukur karena sejumlah alasan : (1) tidak
semua penipuan terdeteksi, (2) dari semua penipuan yang terdeteksi, tidak semua
dilaporkan, (3) dalam banyak kasus penipuan, hanya dapat dikumpulkan informasi
yang tidak lengkap, (4) informasi tidak disebarkan dengan benar ke pihak
manajeman atau ke badan penegak hukum, dan (5) sering kali, perusahaan
memutuskan untuk tidak melakukan tuntutan hukum atau pengadilan terhadap pelaku
penipuan. Selain kerugian ekonomi langsung bagi perusahaan, maka perlu
dipertimbangkan pula biaya tidak langsung yang meliputi pengurangan
produktivitas, biaya hukum, peningkatan pengangguran, dan gangguan bisnis
karena adanya investigasi penipuan.
Pelaku penipuan
Penelitian
ACFE memeriksa sejumlah faktor yang mencirikan pelaku penipuan :
·
Gender. Walaupun gambaran demografis
berubah, terdapat lebih banyak pria daripada wanita yang menempati posisi
berotoritas dalam perusahaan, hingga memberikan pria akses yang lebih besar ke
aktiva.
·
Posisi.
Mereka yang berada dalam posisi yang paling tinggi memilki akses terbesar atas
dana dan aktiva perusahaan.
·
Umur.
Karyawan yang lebih tua cenderung menempati posisi yang lebih tinggi tingkatnya
dan karenanya biasanya memiliki akses lebih besar ke aktiva perusahaan.
·
Pendidikan.
Umumnya, mereka yang memiliki pendidikan lebih tinggi menempati posisi yang
lebih tinggi dalam perusahaan, dan karenanya memiliki akses lebih besar atas
dana perusahaan dan aktiva perusahaan lainnya.
·
Kolusi.
Salah satu alasan untuk memisahkan kewajiban pekerjaan adalah untuk menghindari
adanya peluang untuk melakukan penipuan. Ketika orang-orang dalam posisi yang
penting berkolusi, mereka menciptakan peluang untuk mengendalikan atau
mendapatkan akses ke berbagai aktiva, yang tidak mungkin terjadi jika tidak
berkolusi.
Skema
Penipuan
Skema
penipuan dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara. Untuk tujuan pembahasan,
bagian ini menyajikan format klasifikasi yang diambil dari ACFE. Tiga kategori
umum skema penipuan adalah : laporan
tipuan, korupsi, dan penyalahgunaan aktiva.
ü Laporan
Tipuan
Laporan
tipuan dihubungkan dengan penipuan oleh pihak manajemen. Jika semua penipuan
melibatkan beberapa bentuk kesalahan laporan keuangan, untuk memenuhi definisi
di bawah kelas skema penipuan ini, laporan tersebut harus memberikan manfaat
keuangan langsung serta tidak langsung bagi pelakunya. Dengan kata lain,
laporan tersebut tidak hanya merupakan alat untuk menyamarkan atau menutupi
tindakan penipuan.. Contohnya, kesalahan dalam menyatakan saldo akun kas untuk
menutupi pencurian kas tidak masuk dalam kelas skema penipuan ini, Di pihak
lain, menyatakan terlalu rendah kewajiban untuk menyajikan gambaran keuangan
yang lebih baik atas perusahaan agar dapat meningkatkan harga saham, masuk dalam
kelas penipuan ini.
ü Korupsi
Korupsi melibatkan eksekutif,
manajer, atau karyawan perusahaan dalam bentuk kolusi dengan pihak luar.
Penelitian oleh ACFE mengidentifikasi empat jenis umum korupsi: penyuapan,
pemberian hadiah yang illegal, konflik kepentingan, dan penyalahgunaan wewenang
bernilai ekonomi. Korupsi bertanggung jawab 10 persen dari berbagai kasus
penipuan di tempat kerja.
Penyuapan (bribery) melibatkan pemberian, penawaran, permintaan, atau
penerimaan berbagai hal yang bernilai untuk mempengaruhi seorang pejabat dalam
melaksanakan kewajiban utamanya. Para pejabat dapat bekerja di badan
pemerintahan (atau pembuat undang-undang) atau di perusahaan swasta. Penyuapan
menipu entitas (perusahaan atau badan pemerintahan dari haknya atas layanan yang
jujur dan loyal dari orang-orang yang dipekerjakan.
Hadiah ilegal (illegal gratuity) melibatkan pemberian, penerimaan, penawaran,
atau permintaan atas sesuatu yang bernilai karena tindakan resmi yang telah
dilakukan. Ini hampir sama dengan penyuapan, tetapi transaksi terkait terjadi
setelah fakta ini.
Konflik kepentingan. Setiap
perusahaan harus memperkirakan bahwa para karyawannya akan melakukan tugas
mereka dalam cara yang memenuhi kepentingan perusahaan, Konflik kepentingan (conflict of interest) terjadi ketika
seorang karyawan bertindak atas nama pihak ketiga ketika melaksanakan
kewajibannya atau memiliki kepentingan pribadi dalam aktivitas yang dilakukan.
Ketika konflik karyawan tidak diketahui oleh perusahaan dan mengakibatkan
kerugian finasial, maka telah terjadi penipuan.
Pemerasan secara ekonomi (economic extortion) adalah penggunaan
(atau mengancam menggunakan) tekanan (termasuk saksi ekonomi) oleh seseorang
atau perusahaan untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai. Sesuatu yang bernilai
itu dapat berupa aktiva keuangan atau ekonomi, informasi, atau kerja sama untuk
mendapat keputusan yang diinginkan mengenai sesuatu yang dikaji.
ü Penyalahgunaan
aktiva
Skema penipuan yang paling umum
melibatkan beberapa jenis penyalahgunaan aktiva. Delapan puluh lima persen dari
penipuan yang termasuk dalam penelitian ACFE masuk dalam kategori ini. Berbagai
aktiva dapat disalahgunakan secara langusng atau tidak langsung demi keuntungan
pelaku penipuan. Aktiva tertentu lebih dapat disalahgunakan daripada aktiva
lainnya. Berbagai transaksi yang melibatkan kas, rekening giro, persediaan,
pasokan, perlengkapan, dan informasi adalah yang paling berisiko untuk
disalahgunakan. Contoh berbagai skema penipuan yang melibatkan penyalahgunaan
aktiva sebagai berikut ini : Pembebanan
ke akun beban, gali lubang tutup lubang, penipuan transaksi, dan skema penipuan
komputer.
Pembebanan ke akun beban. Pencurian
aktiva menciptakan ketidakseimbangan dalam persamaan akuntansi dasar (aktiva =
ekuitas), yang harus disesuaikan oleh pelaku kejahatan tersebut jika ingin
pencurian itu tidak terdeteksi. Cara yang paling umum dilakukan untuk menutupi
ketidakseimbangan tersebut adalah membebankan aktiva ke akun beban serta
mengurangi ekuitas dalam jumlah yang sama. Teknik ini memiliki keuntungan
mengurangi eksposur penjahat tersebut dalam suatu periode. Ketika akun beban
ditutup ke laba ditahan, saldonya dinolkan untuk memulai periode baru.
Gali lubang tutup lubang (lappng). Melibatkan penggunaan cek para
pelanggan, yang diterima untuk pembayaran tagihan mereka, untuk menutupi uang
yang sebelumnya dicuri oleh karyawan. Para karyawan yang terlibat dalam
penipuan ini sering kali beralasan bahwa mereka meminjam uang tersebut dan
berencana akan membayarnya di masa mendatang. Gali lubang tutup lubang biasanya
didteksi ketika karyawan keluar dari perusahaan atau sakit dan harus cuti.
Perusahaan dapat menghentika gali lubang tutup lubang dengan secara rutin
merotasi karyawan ke berbagai pekerjaan yang berbeda dan memaksa mereka untuk
menjadwalkan cuti.
Penipuan transaksi (transasction fraud). Melibatkan
penghapusan, pengubahan, atau penambahan transaksi yang tidak benar untuk
mengalihkan aktiva ke pelaku penipuan. Teknik ini dapat digunakan untuk
mengirimkan persediaan ke pelaku sebagai akibat dari transaksi penjualan tipuan
atau pembayaran kembali kas untuk kewajiban palsu. Jenis umum penipuan
transaksi ini melibatkan distribusi pembayaran gaji tipuan ke karyawan yang
tidak ada.
Skema penipuan komputer. Dalam
pembahasan ini, penipuan komputer meliputi: (1) pencurian, penyalahgunaan, atau
penggelapan aktiva dengan mengubah record atau file yang dapat dibaca oleh
komputer, (2) pencurian, penyalahgunaan, atau penggelapan aktiva dengan
mengubah logika peranti lunak komputer, (3) pencurian atau penggunaan secara
tidak sah informasi yang dapat dibaca oleh komputer, (4) pencurian, korupsi,
penyalinan secara illegal, atau penghancuran yang disengaja atas peranti lunak
komputer, (5) pencurian, penyalahgunaan, atau penggelapan peranti keras
komputer. Tiga tahap dalam model umum sistem informasi akuntansi yaitu
pengumpulan data, pemrosesan data, manajemen basis data, dan pembuatan
informasi adalah potensi area yang berisiko terjadinya berbagai jenis penipuan
komputer.
Konsep
dan Prosedur Pengendalian Internal
Sistem pengendalian internal (internal control system) terdiri atas
berbagai kebijakan praktik dan prosedur yang diterapkan oleh perusahaan untuk
mencapai empat tujuan umumnya:
1. Menjaga
aktiva perusahaan.
2. Memastikan
akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi.
3. Mendorong
efisiensi dalam operasional perusahaan.
4. Mengukur
kesesuaian dengan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan oleh pihak
manajemen.
Hal yang terdapat dalam berbagai
tujuan pengendalian ini adalah empat asumsi dasar tambahan yang membimbing para
desainer serta auditor sistem pengendalian internal.
Tanggung
jawab manajemen. Konsep ini menyakini bahwa pembuatan
dan pemeliharaan sistem pengendalian internal adalah tanggung jawab pihak
manajemen (management responsibility).
FCPA mendukung dalil ini.
Jaminan
yang wajar. Sistem pengendalian internal harus menyediakan
jaminan yang wajar (reasonable assurance)
bahwa keempat tujuan umum pemgendalian internal terpenuhi secara efektif bari
segi biaya. Ini berarti bahwa tidak ada sistem pengendalian internal yang
sempurna dan bahwa biaya untuk mencapai pengendalian yang lebih baik tidak
boleh melebihi manfaatnya.
Metode
Pemrosesan data. Setiap pengendalian internal memiliki
keterbatasan dalam efektivitasnya. Hal ini meliputi (1) kemungkinan kesalahan-
tidak ada sistem yang sempurna,(2) pelanggaran- personel dapat melanggar sistem
melalui kolusi atau cara lain, (3) pelanggaran manajemen- pihak manajemen
berada dalam posisi melanggar prosedur pengendalian dengan secara pribadi
menyimpangkan transaksi atau dengan mengarahkan bawahan untuk melakukan hal
tersebut, dan (4) berubahnya kondisi- kondisi dapat berubah dengan berjalannya
waktu hingga pengendalian yang ada menjadi tidak berjalan.
Ekposur
dan Risiko
Kelemahan dalam pengendalian
internal dapat mengeskpos perusahaan ke satu atau lebih jenis risiko berikut
ini:
1. Penghancuran
aktiva (baik aktiva fisik maupun informasi).
2. Pencurian
aktiva.
3. Kerusakan
informasi atau sistem informasi.
4. Gangguan
sistem imformasi.
Model
Pengendalian Internal Untuk Pencegahan-Pendeteksian-Perbaikan
Pengendalian
pencegahan (preventive control) adalah teknik pasif
yang didesain untuk mengurangi frekuensi terjadinya peristiwa yang tidak
diinginkan. Pengendalian pencegahan menegakkan kesesuaian antara tindakan yang
seharusnya dengan yang diinginkan, hingga mencegah peristiwa yang menyimpang.
Pengendalian
pemeriksaan (detective control) membentuk lini
pertahanan kedua. Ini adalah berbagai alat, teknik, dan prosedur yang didesain
untuk mengidentifikasi serta mengekspos berbgai peristiwayang tidak diinginkan
dan yang lepas dari pengendalian pencegahan. Pengendalian ini mengungkap
berbagai jenis kesalahan tertentu melalui perbandingan kejadian sesungguhnya
dengan standar yang ditetapkan.
Pengendalian
perbaikan (corrective control) adalah tindakan yang
diambil untuk membalik berbagai pengaruh kesalahan yang terdeteksi dalam tahap
sebelumnya. Terdapat perbedaan yang penting antara pengendalian pemeriksaan
dengan pengendalian perbaikan. Pengendalian pemeriksaan mengidentifikasi
berbagai peristiwa yang tidak diinginkan dan menarik perhatian atas masalah
tersebut. Pengendalian perbaikan akan memperbaiki masalah tersebut. Untuk tiap
kesalahan yang terdeteksi, bisa jadi akan terdapat lebih dari satu tindakan
perbaikan yang mungkin dapat dilakukan, tetapi tindakan yang terbaik tidak
selalu jelas.
Komponen
Pengendalian Internal
ü Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian (control environment) adalah dasar dari
keempat komponen pengendalian lainya. Lingkungan pengendalian menentukan arah
perusahaan dan mempengaruhi kesadaran pengendalian pihak manajemen dan
karyawan. Berbagai elemen penting dari lingkungan pengendalian adalah :
·
Integritas dan nilai etika manajemen.
·
Struktur organisasi.
·
Keterlibatan dewan komisaris dan komite
audit, jika ada.
·
Filosofi manajemen dan siklus
operasionalnya.
·
Prosedur untuk mendelegasikan tanggung
jawab dan otoritas.
·
Metode manajemen untuk menilai kinerja.
·
Pengaruh eksternal, seperti pemeriksaan
oleh badan pemerintah.
·
Kebijakan dan praktik perusahaan dalam
mengelola sumber daya manusianya.
ü Penilaian Risiko
Perusahaan harus melakukan
penilaian risiko (risk assessment) untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan
mengelola berbagai risiko yang berkaitan dengan laporan keuangan. Risiko dapat
muncul atau berubah berdasarkan berbagai kondisi, seperti :
·
Perubahan dalam lingkungan operasional
yang membebankan tekanan baru atau perubahan tekanan atas perusahaan.
·
Personel baru yang memiliki pemahaman
yang berbeda atau tidak memadai atas pengendalian internal.
·
Sistem informasi baru atau yang baru
direkayasa ulang, yang mempengaruhi pemrosesan transaksi.
·
Pertumbuhan signifikan dan cepat yang
menghambat pengendalian internal yang ada.
·
Implementasi teknologi baru ke dalam proses
produksi atau sistem informasi yang berdampak pada pemrosesan transaksi.
·
Pengenalan lini produk atau aktivitas
baru hingga pihak manajemen hanya memiliki sedikit pengalaman tentangnya.
·
Restrukturisasi organisasional yang
menghasilkan pengurangan dan/atau realokasi personel sedemikian rupa hingga
operasi bisnis dan pemrosesan transaski terpengaruh.
·
Memasuki pasar asing yang berdampak pada
operasional (contohnya, risiko yang berhubungan dengan transaksi dengan mata
uang asing).
·
Adopsi suatu prinsip akuntansi baru yang
berdampak pada pembuatan laporan keuangan.
ü Informasi dan Komunikasi
Kualitas suatu informasi yang
dihasilkan oleh SIA berdampak pada kemampuan pihak manajemen untuk mengambil
tindakan serta membuat keputusan dalam hubungannya dengan operasional
perusahaan, serta membuat laporan yang andal. Sistem informasi akuntansi yang
efektif akan:
·
Mengidentifikasi dan mencatat semua
transaksi keuangan yang valid.
·
Memberikan informasi secara tepat waktu
mengenai berbagai transaksi dalam perincian yang memadai untuk memungkinan
klasifikasi serta laporan keuangan.
·
Secara akurat mengukur nilai keuangan
berbagai transaksi agar pengaruhnya dapat dicatat dalam laporan keuangan.
·
Secara akurat mencatat berbagai
transaksi dalam periode waktu terjadinya.
ü Pengawasan
Pihak manajemen harus memastikan
bahwa pengendalian internal berfungsi seperti yang dimaksudkan. Pengawasan (monitoring) adalah proses yang
memungkinkan kualitas desain pengendalian internal serta operasinya berjalan.
Hal ini dapat diwujudkan melalui beberapa prosedur terpisah atau melalui
aktivitas yang berjalan. Pengawasan yang pada aktivitas yang berjalan dapat
diwujudkan melalui integrasi berbagai modul komputer yang terpisah ke dalam
sistem informasi yang menangkap berbagai data penting dan/atau memungkinkan
pengujian pengendalian dilakukan sebagai bagian dari operasional rutin. Teknik
lain untuk mewujudkan pengawasan pada aktivitas yang berjalan adalah penggunaan
laporan manajemen yang lengkap.
ü Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian (control activities) adalah berbagai
kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk memastikan bahwa tindakan yang
tepat telah diambil untuk mengatasi risiko perusahaan yang telah
diidentifikasi. Aktivitas pengendalian dapat dikelompokkan menjadi dua kategori
yang berbeda: pengendalian komouter dan
pengendalian fisik.
Pengendalian komputer. Pengendalian
ini yang secara khusus berhubungan dengan lingkungan TI dan audit TI, terbagi
ke dalam dua kelompok umum: pengendalian umum dan pengendalian aplikasi.
Pengendalian umum (general control)
berkaitan dengan perhatian pada keseluruhan perusahaan, seperti pengendalian
atas pusat data, basis data perusahaan, pengembangan sistem, dan pemeliharaan
program. Pengendalian aplikasi (application
control) memastikan integritas sistem tertentu seperti aplikasi pemrosesan
pesanan penjualan, utang usaha, dan aplikasi penggajian.
Pengendalian Fisik. Jenis
pengendalian ini terutama berhubungan dengan aktivitas manusia yang digunakan
dalam sistem akuntansi. Aktivitas ini dapat benar-benar manual, seperti
penjagaan aktiva secara fisik, atau dapat melibatkan penggunaan komputer untuk
mencatat berbagai transaksi atau pembaruan akun. Pengendalian fisik tidak
berkaitan dengan logika komputer yang sesungguhnya melakukan pekerjaan
akuntansi ini. Dengan kata lain, pengendalian fisik tidak berarti berkaitan
dengan lingkungan di mana seorang staf administrasi memperbarui akun dengan
menggunakan kertas dan tinta. Sudah jelas bahwa semua sistem, seberapa canggih
pun, menggunakan aktivitas manusia yang harus dikendalikan. Pembahasan mengenai
hal ini akan berkaitan dengan enam kategori aktivitas pengendalian fisik:
otorisasi transaksi, pemisahan fungsi, supervise, pencatatan akuntansi,
pengendalian akses, dan verifikasi independen.
Peran
Penting Pengendalian Internal
Lima komponen pengendalian
internal- lingkungan pengendalian, penilaian risiko, informasi dan komunikasi,
pengawasan, dan aktivitas pengendalian menyediakan auditor informasi yang
penting mengenai risiko penyalahsajian yang penting dalam laporan keuangan dan
penipuan. Para auditor karenanya diharuskan untuk mendapat pengetahuan yang
memadai atas pengendalian internal untuk merencanakan audit mereka. Contohnya,
pengendalian internal di perusahaan mempengaruhi cara auditor akan menilai apakah
perusahaan telah melaporkan semua kewajibannya. Auditor harus memahami
bagaimana pembelian dilakukan, diproses, dan dicatat. Struktur pengendalian
internal menyediakan informasi ini dan membimbing auditor dalam perencanaan
berbagai pengujian tertentu untuk menetapkan kecenderungan dan keluasan
penyalahsajian laporan keuangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. jangan lupa klik suka ya