KATA
PENGANTAR
Penulis
mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah mengenai nilai saham ini dengan
baik. Dan tak lupa Salawat dan salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad saw
yang mana beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh
dengan ilmu pengetahuan seperti pada saat ini.
Makalah mengenai nilai saham ini
disusun berdasarkan ilmu pengetahuan, sumber referensi buku, dan memanfaatkan
teknologi yang ada berupa media internet untuk memperoleh data dan bahan-bahan
yang sesuai dengan apa yang menjadi pembahasan pada makalah. Besar harapan
penulis agar makalah mengenai jurnal ini dapat sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh dosen mata kuliah MIFO
Penulis mengharapkan masukan dan
kritikan dari para pembaca khususnya dari Dosen Pembimbing Mata Kuliah MIFO dan umumnya dari mahasiswa
yang membaca rangkuman ini sehingga kekurangan-kekurangan yang terdapat pada
rangkuman ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran di kemudian hari. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Pekanbaru,
5 Oktoner 2012
Penulis
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas
mengenai nilai buku (book value), nilai pasar (market vanue) dan nilai
intrinsik (intrinsic vanue). Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan
perusahaan emiten. Nilai pasar merupakan nilai saham dipasar dan nilai
intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham.
Dengan memahami ketiga konsep
diatas dapat digunakan untuk mengetahui saham-saham mana yang bertumbuh
(growth) dan yang murah (undervalued). Dengan mengetahui nilai buku dan nilai
pasar, pertumbuhan perusahaan perusahaan dapat diketahui. Pertumbuhan
perusahaan (growth) menujukkan invesment opportunity set (IOS) atau set
kesempatan investasi dimasa datang. Smith dan watts (1992) juga gaver dan gaver
(1993) menggunakan rasio nilai pasar dibagi dengan nila buku sebagai proksi
darI IOS yang merupakan pengukur pertumbuhan perusahaan. Perusahaan yang
bertumbuh mempunyai rasio lebih besar dari nilai satu yang berarti pasar
percaya bahwa nilai pasar perusahaan tersebut lebih besar dari nilai bukunya.
Mengetahui nilai pasar dan
nilai interisik dapat digunakan untuk mengetahui saham-saham nama yang murah,
tepat nilainya atau yang mahal. Nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari
perusahaan. Nilai pasar yang lebih kecil dari intrinsiknya menujukan bahwa
saham tersebut terjual dengan harga yang murah (undervalued), karena investor
membayar saham tersebut lebih kecil dari yang seharusnya dia bayar. Sebaliknya
nilai pasar yang lebih besar dari nilai
intrinsiknya menujukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang pasar
(overvalued).
PEMBAHASAN
SAHAM
Saham adalah tanda penyertaan modal pada
perseroan terbatas seperti yang telah diketahui bahwa tujuan pemodai membeli
saham untuk memperoleh penghasilan dari saham tersebut. Masyarakat pemodal itu
dikategorikan sebagai investor dan speculator. Investor disini adalah
masyarakat yang membeli saham untuk memiliki perusahaan dengan harapan
mendapatkan deviden dan capitat gain dalam jangka panjang, sedangkan spekulator
adalah masyarakat yang membeli saham untuk segera dijual kembali bila situasi
kurs dianggap paling menguntungkan seperti yang telah diketahui bahwa saham
memberikan dua macam penghasilan yaitu deviden dan capital gain.
Ada berbagai definisi saham yang telah dikemukakan oleh para ahli
maupun berbagai buku-buku teks, antara lain:
a)
Menurut Gitman:
Saham adalah bentuk paling
murni dan sederhana dari kepemilikan perusahaan. (Gitman:2000, 7)
b)
Menurut
Bernstein
Saham adalah selembar
kertas yang menyatakan kepemilikan dari sebagian perusahaaan. (Bernstein:1995,
197)
c)
Menurut
Mishkin:
Saham adalah suatu
sekuritas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan asset sebuah perusahaan.
Sekuritas sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas pendapatan masa depan
seorang peminjam yang dijual oleh peminjam kepada yang meminjamkan, sering juga
disebut instrumen keuangan. (Mishkin:2001, 4).
Jenis Saham :
Dalam
transaksi jual-beli di Bursa Efek, saham atau sering pula disebut shares
merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Saham tersebut dapat
diterbitkan dengan cara atas nama atau atas iinjuk. Selanjutnya saham dapat
dibedakan antara saham biasa (common stoks) dan saham preferen (preffered
stocks).
a.
Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah efek
dari penyertaan pemilikan (equity security) dari badan usaha yang berbentuk
Perseroan Terbatas. Saham biasa memberikan jaminan untuk turut serta daiam
pembagian laba daiam bentuk deviden, apabila perusahaan tersebut memperoleh
laba.
Menurut Dahlan Siamat (1995:385), ciri - ciri
dari saham biasa adalah sebagai berikut:
o Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
o Memiliki hak suara (one share one vote).
o Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan apabila bangkrut
dilakukan setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.
b.
Saham Preferen (Preferred Stock)
Merupakan saham yang mempunyai
sifat gabungan antara obligasi dan
saham biasa.
Adapun ciri - eiri dari saham preferen menurut Dahlan
Siamat (1995:385)adalah:
o Memiliki hak paling dahulu memperoleh deviden.
o Tidak memiliki hak suara,
o Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam
pencalonan pengurus.
o Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham
lebih dahulu setelah kreditur apabila perusahaan dilikuidasi.
NILAI BUKU
DAN NILAI-NILAI LAINNYA YANG BERUHUBUNGAN
Dalam menhitung nilai buku
suatu saham, beberapa nilai yang berhubungan seperti nilai nominal (per value).
Agio saham (additional paid-in capital atau excess of par value), nilai modal
yang disetor (paid-in capital) dan laba yang ditahan (retained earnings)
A.
Nilai Nominal
Nilai nominal adalah nilai
kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. nilai nominal ini
bermanfaat untuk hal yang berkaitan dengan hukum. Nilai nominalini merupakan
modal perlembar yang secara hukum harus ditahan diperusahaan untuk proteksi
kepada kreditor yang tidak dapat diambil oleh pemegang saham. ketika suatu
saham tidak memiliki nilai saham maka dewan direksi umumnya menetapkan nilai
sendiri (stated value) per lembarnya dan jika tidak ada yang ditetapkan maka
yang dianggap sebagai modal secara hukum adalah semua penerimaan bersih
(peoceed) yang diterima ole emiten pada waktu mengeluarkan saham bersangkutan.
B.
Agio saham
Agio saham (additional paid-in capital atau
excess of par value) merupakan selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada
perusahaan dengan nilai nominal sahamnya.
C.
Nilai modal disetor
nilai modal yang disetor
(paid-in capital) merupakan total yang disetor oleh pemegang saham kepada
perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau dengan saham
biasa. Niai modal disetor merupakan penjumlahan total nilai nimonal ditambah
dengan agio saham, jika perusahaan mengeluarkan dua kelas saham yaitu saham
preferen dan saham biasa, saham preferen disajikan terlebih dahulu diikuti oleh
saham biasa dineraca untuk menunjukkan haknya.
D.
Laba ditahan
Laba ditahan (retained
earnings) merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. laba yang
tidak dibagi ini diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai sumber dana
internal. Laba ditahan dalam penyajiannya dineraca menambah total laba disetor.
Karena laba ditahan ini milik pemegang saham yang berupa keuntungan tidak
dibagikan, maka nilai ini juga akan menambah ekuitas pemilik saham dineraca.
E.
Nilai buku
Nilai buku (book value) per
lembar saham menunjukkan aktiva bersih (net assets) yang dimiliki oleh pemegang
saham dengan memiliki satu lembar saham. Karena aktiva bersih sama dengan total
ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah
Nilai buku per lembar = Total Ekuitas .
Jumlah Saham
Beredar
d
|
Jika perusahaan memiliki 2
macam kelas saham yaitu saham preferen dan saham biasa, maka perhitungan nilai
buku per lembar untuk masing-masing kelas saham ini lebih rumit.
1.
Hitung nilai ekuitas saham preferen
Nilai ekuitas dihitung dengan mengalihkan nilai tebus (call price)
ditambah dengan deviden yang diarrears dengan lambar preferen yang beredar.
Jika nilai tebus tidak digunakan, maka nilai nominal yang digunakan. Di dalam
perhitungan ini, agio saham untuk saham preferen tidak dimasukkan, karena
pemegang saham preferen tidak mempunyai hak untuk agio ini walaupun berasal
dari saham mempunyai hak untuk agio ini walaupun berasal dari saham preferen,
sehingga nilai agio ini dimasukkan sebagai tambahan nilai ekuitas saham biasa.
2.
Hitung nilai ekuitas saham biasa
Nilai ekuitas saham biasa dihitung dengan mengurangi nilai total ekuitas
dengan nilai ekuitas saham preferen.
3.
Nilai buku saham biasa dihitung dengan membagi nilai entitas
saham biasa dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
NILAI PASAR
Nilai pasar (market value) adalah harga saham yang
terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar.
NILAI INTRINSIK
Nilai
fundamental (fundamental value) atau nilai intrinsik (intrinsic value). Dua
macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya dari
saham adalah analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis)
atau analisis perusahaan (company analysis) dan analisis teknis (technical
analysis). Analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu data yang
berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, dividen yang dibayar,
penjualan dan lain sebagainya), sedangkan analisis teknis menggunakan data
pasar dari saham (misalnya harga dan volume transaksi saham) untuk menentukan
nilai dari saham.
Telah
diketahui bahwa analisis fundamental mencoba menghitung nilai intrinsik dari
suatu saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan (sehingga disebut juga
dengan analisis perusahaan). Untuk analisis fundamental, ada dua pendekatan
untuk menghitung nilai intrinsik saham, yaitu dengan pendekatan nilai sekarang
(present value approach) dan pendekatan PER (P/E Ratio approach).
Pendekatan Nilai Sekarang
Pendekatan nilai sekarang juga disebut dengan
metode kapitalisasi laba (capitalization
of income method) karena melibatkan proses kapitalisasi nilai-nilai masa depan
yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Maka nilai perusahaan tersebut dapat
ditentukan dengan mendiskontokan nilai-nilai arus kas (cash flow) di masa depan
menjadi nilai sekarang sebagai berikut :
Notasi :
PO* =
nilai sekarang dari perusahaan (value of the firm)
t = periode waktu ke t=1
sampai dengan ∞
k =
suku bunga diskonto (discount rate) atau tingkat pengembalian yang diinginkan (required rate of return)
Arus
kas merupakan komponen didalam penentuan nilai perusahaan. Arus kas merupakan
kas yang diterima oleh perusahaan emiten. Sebagai alternatif dari arus kas,
laba perusahaan (earnings) juga dapat digunakan untuk menghitung nilai
perusahaan. Earnings yang diperoleh oleh perusahaan dapat ditahan sebagai
sumber dana internal (retained earnings) atau dibagikan dalam bentuk deviden.
Arus deviden dapat dianggap sebagai arus kas yang diterima oleh investor.
Model
diskonto dividen (dividend discount model) untuk menghitung nilai intrinsik
saham adalah sebagai berikut :
Notasi
:
Dt = dividen yang
dibayarkan untuk periode ke-t.2
Rumus juga dapat ditulis sebagai berikut :
Pembayaran
Dividen Tidak Teratur
Kenyataan
beberapa perusahaan membayar dividen dengan tidak teratur, yaitu dividen
tiap-tiap periode tidak mempunyai pola yang jelas bahkan untuk periode-periode
tertentu tidak membayar dividen sama sekali (misalnya dalam periode masa rugi
atau dalam periode kesulitan likuiditas).
Dividen
Konstan Tidak Bertumbuh
Hal
yang paling banyak ditemui adalah perusahaan membayar dividen yang konstan dari
waktu ke waktu untuk menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan dalam keadaan
stabil. Jika perusahaan membayar dividen konstan yang nilainya sama dari waktu
ke waktu, yaitu sebesar D, maka nilai intrinsik harga saham di rumus kan
menjadi :
Dan dapat disederhanakan menjadi :
Pertumbuhan
Dividen yang Konstan
Bentuk
lain dari model diskonto dividen adalah untuk kasus dividen yang bertumbuh
secara konstan yaitu dengan pertumbuhan sebesar g. Untuk kasus pembayaran
dividen yang bertumbuh secara konstan ini, rumus nilai intrinsik saham menjadi
:
Rumus ini dapat disederhanakan menjadi :
Untuk D1 = D0(1+g) maka menjadi:
Rumus di atas disebut dengan model pertumbuhan kostan
(constant-growth model ). Rumus ini juga dikenal dengan model Gordon karena
Myron J.Gordon merupakan orang yang mengembangkan dan mengenalkan model ini.
Asumsi dasar dari model ini adalah k (suku bunga diskonto) harus lebih besar
dari g (tingkat pertumbuhan dividen). Rumus-rumus yang telah dikembangkan
menunjukkan hubungan antara harga saham seharusnya (nilai instrinsik) dengan
dividen per lembar (D1), tingkat bunga diskonto atau tingkat
pengembalian yang diinginkan (k) dan pertumbuhan dividen (g) sebagai berikut
ini.
1.
Hubungan
antara harga saham seharusnya (nilai intrinsik) dengan dividen per lembar
adalah positif, yaitu semakin besar dividen yang dibayar, semakin besar harga
dari saham.
2.
Hubungan
antara harga saham seharusnya (nilai intrinsik) dengan pertumbuhan dividen (g)
adalah positif, yaitu semakin besar pertumbuhan dividen, semakin besar harga
dari saham.
3.
Hubungan
antara harga saham seharusnya (nilai intrinsik) dengan tingkat bunga diskonto
(k) adalah negatif, yaitu semakin besar tingkat bunga diskonto, semakin kecil
harga dari saham.
Harga
Jual Akhir
Model
diskonto dividen yang telah dijelaskan sebelumnya mengasumsikan bahwa arus
dividen sifatnya adalah infiniti, yaitu dividen dibayar terus sampai periode
ke-∞ (tak terhingga). Investor yang menyukai
dividen dan tidak akan menjual sahamnya akan menerima arus dividen. Akan tetapi
tidak semua investor menyukai dividen dan akan memegang saham selamanya.
Investor seperti ini biasanya mementingkan capital gain dibandingkan dividen.
Keuntungan modal (capital gain) adalah keuntungan penjualan saham akibat
selisih dari harga jual saham dengan harga belinya. Untuk investor seperti ini
harga jual akhir yang diterima perlu mempertimbangkan sebagai arus kas yang
harus masuk ke dalam rumus model dividen diskonto sebelumnya. Jika investor
menjual sahamnya pada periode ke-n sebesar Pn, maka rumus nilai
intrinsik saham dapat dituliskan sebagai berikut :
Nilai Pn merupakan nilai harga jual dari
saham atau disebut dengan nilai terminal, yaitu nilai akhir yang diterima oleh
investor.
Yang merupakan rumus yang
sama dengan model diskonto dividen yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan
demikian hasil dari nilai intrinsik adalah sama baik untuk arus dividen
infiniti atau arus dividen selama periode tertentu ditambah dengan nilai jual
saham bersangkutan. Nilai pasar
Nilai pasar (market
value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan nilai yang dicatat
pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham
yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang di tentukan pleh pelaku
pasar. Nilai pasar ini di tentukan oelh permintaan dan penawaran saham
bersangkutan dipasar bursa.
Pendekatan
PER
Alternatif selain
menggunakan arus kas atau arus dividen dalam menghitung nilai frudamental atau
nilai intrinsik saham adalah dengan menggunakan nilai laba perusahaan
(earnings). Salah satu pendekatan yang populer yang menggunakan nilai earnings
untuk mengestimasi nilai intrinsik adalah pendekatan PER ( price earning ratio)
atau disebut juga dengan pendekatan earnings multiplier. PER ( price earning
reatio) menunjukan rasio dari harga saham terhadap earning. Misal nya PER
adalah 5, maka ini menunjukan bahwa harga saham merupakan kelipatan 5 kali
earnings perusahaan. Misalnya earnings yang digunakan dalam bentuk dividen,
maka nilai PER sebesar 5 juga menunjukan lama investasi pembelian saham akan
kembali selama 5 tahun.
Contoh 5.13:
Harga pasar dari suatu
saham adalah sebesar rp. 20.000,- laba bersih yang diperoleh perusahaan
diperkirakan konstan dari tahum ke tahun sebesar rp.5000,- perlembar nya
pertahun. Besarnya PER adalah :
PER =
= 4 x.
Contoh 5.14:
Laba bersih per saham yang diestimasi untuk periode selanjutnya (
) adalah sebesar rp.2.500,- harga pasar saham
perusahaan ini adalah rp.20.000,- investor memperkirakan PER untuk saham ini
adalah 10. Nilai intrinsik saham ini dapat dihitung sebesar:
=
= 10.000
∙ Rp2.500
= rp.2.500,-
Karena harga pasar saham ini adalah sebesar rp.20.000,- sedang nilai
intrinsiknya adalah sebesar Rp.25.000,-, maka saham ini dijual dengan harga
yang murah (undervalued).
Rumus PER dapat
dikembangkan lebih lanjut dengan menderevasinya menggunakan medel diskonto
dividen. Dengan menggunakan model pertumbuhan dividen yang konstan di persamaan
(5-8) sebagai berikut:
Po =
Rumus PER dapat diderivasi dengan membagi kedua sisi persamaan di atas
dengan nilai
, sehingga didapatkan:
Rumus ini menunjukan faktor-faktor yang menentukan besarnya PER,
yaitu:
1. PER berhubungan positif dengan rasio pembayaran
dividen terhadap earnings (
).
2. PER berhubungan negatif dengan tingkat
pengembalian yang diinginkan (k).
3. PER berhubungan positif dengan tingkat
pertumbuhan dividen (g).